Pengertian dan Sejarah Fotografi
Pengertian Fotografi
Definisi fotografi, fotografi berasal dari bahasa Yunani yaitu
Phobos yang berarti cahaya dan
graphoo yang
berarti menulis. Fotografi adalah pembuatan gambar dengan menggunakan
lensa dan film atau pelat peka cahaya. Istilah fotografi pertama kali
digunakan oleh Sir John Herschel pada tahun 1839.
Lensa menghasilkan bayangan nyata yang ditangkap oleh film (plastic
transparan yang dilapisi emulsi perak halide). Bagian film yang terkena
cahay akan menyebabkan terkumpulnya partikel perak halide. Jika film
dicuci dengan larutan hypo, bagian yang banyak terkena cahaya tampak
lebih hitam.
Gambar positif (fotograf) dibuat di atas kertas peka cahaya. Film yang
telah dicuci tadi dipasang di atasnya kemudian disinari. Bagian negative
yang terang akan meneruskan sinar dan menyebabkan hitam di kertas
sesuai dengan bayangan bendanya.
Fotografi adalah Seni melihat
Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau
proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran
dari fotografi itu tak lain berarti “menulis atau melukis dengan
cahaya”. Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata fotografi itu
sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani,
photos (cahaya) dan
graphos yang berarti tulisan.
Nah, melihat pengertian tersebut terlihat ada persamaan antara
fotografi dan karya seni lukis atau menggambar. Yang jelas perbedaannya
terletak pada media yang digunakannya.
Bila dalam seni lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan media
warna (cat), kuas dan kanvas. Sedangkan dalam fotografi menggunakan
cahaya yang dihasilkan lewat kamera. Tanpa adanya cahaya yang masuk dan
terekam di dalam kamera, sebuah karya seni fotografi tidak akan
tercipta.
Selain itu, adanya film yang terletak di dalam kamera menjadi media
penyimpan cahaya tersebut. Film yang berfungsi untuk merekam gambar
tersebut terdiri dari sebuah lapisan tipis. Lapisan itu mengandung
emulsi peka di atas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi
mengandung zat perak halida, yaitu suatu senyawa kimia yang peka cahaya
yang menjadi gelap jika terekspos oleh cahaya. Ketika film secara
selektif terkena cahaya yang cukup maka sebuah gambar tersembunyi akan
terbentuk. Tentunya gambar tersebut akan terlihat jika film yang telah
digulung ke dalam selongsongnya kemudian dicuci dengan proses khusus.
Aktivitas berkreasi dengan cahaya tersebut tentunya sangat
berhubungan dengan pelakunya (subjek) dan objek yang akan direkam.
Setiap pemotret mempunyai cara pandang yang berbeda tentang kondisi
cuaca, pemandangan alam, tumbuhan, kehidupan hewan serta aktivitas
manusia ketika melihatnya di balik lensa kamera. Cara memandang atau
persepsi inilah yang kemudian direfleksikan lewat bidikan kamera.
Hasilnya sebuah karya foto yang merupakan hasil ide atau konsep dari si
pembuat foto.
Andreas Feininger (1955) pernah menyatakan bahwa “kamera hanyalah
sebuah alat untuk menghasilkan “karya seni”. Nilai lebih dari karya seni
itu dapat tergantung dari orang yang mengoperasikan kamera tersebut.
Tampaknya ungkapan Feininger ada benarnya. Bila kamera diumpamakan
sebagai gitar, tentunya setiap orang bisa memetik dawai gitar tersebut.
Tapi belum tentu mampu memainkan lagu yang indah dan enak didengar.
Begitu halnya dengan kamera, setiap orang dapat saja menjeprat-jepret
dengan kamera untuk menghasilkan sebuah objek foto. Tapi tidak semua
orang yang mampu memotret itu menghasilkan karya imaji yang mengesankan.
Sebuah foto yang sarat akan nilai di balik guratan warna dan komposisi
gambarnya.
Bila sebuah karya foto adalah hasil kreativitas dari si pemotret,
tentu saja ada respon dari orang yang memandangnya. Almarhum Kartono
Ryadi, fotografer kawakan di negeri ini pernah berkomentar, bahwa foto
yang bagus adalah foto yang mempunyai daya kejut dari yang lain.
Pandangan tentang bagaimana nilai foto yang bagus itu juga dikemukakan
oleh seorang fotografer professional, Ferry Ardianto.
Menurut dia foto yang bagus adalah foto yang informatif yang mencakup konteks,
content
, dan komposisi (tata letak dan pencahayaan). Maksud dia, konteks
berarti ada hal yang ingin divisualkan dengan jelas, misalnya tentang
pemandangan. Di sisi lain, istilah
content maksudnya apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks gambar tersebut.
Foto Digital
Lalu bagaimana dengan maraknya foto digital? Berbeda dengan kamera
konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan film, kamar gelap
dan aneka jenis bahan kimia untuk mencuci film. Sebagai pengganti film,
di dalam kamera jenis ini dipakai alat berupa
chip yang disebut
charge couple device (CCD) untuk merekam gambar.
Walaupun demikian, presepsi akan definisi dasar bahwa teknik
fotografi adalah “melukis dengan cahaya” belum berubah. Pasalnya
fotografi digital telah tercipta melalui proses kreatif manusia dengan
bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang mencakup pencahayaan, bukaan
diagfragma, kecepatan
(speed), dan ruang tajam
(depth of field), tidak mengalami perubahan.
Menurut Drs. Purwanto, seorang dosen seni rupa Universitas
Diponegoro, Semarang, fotografi dalam kedudukannya adalah seni yang
sejajar dengan senirupa lainnya di Indonesia. Hanya saja sudah
semestinya fotografi dengan segala bentuk eksplorasinya tidak boleh
keluar dari batasan-batasan fotografi itu sendiri.
Dalam fotografi yang bermakna seni untuk melihat, menuntut sikap
pemotret untuk selalu mengasah teknik-teknik dasar fotografi itu
sendiri. Elemen dasar tersebut berupa bentuk, tekstur, garis serta pola
yang sangat memengaruhi imaji yang akan diabadikan.
Bila elemen tesebut dikombinasikan dengan unsur komposisi, bingkai,
sudut bidik serta pencahayaan yang tepat, tentunya akan menghasilkan
foto yang lebih bermakna.
Hasil karya seni memang relatif, bagaimana cara orang memandang, dari
sudut mana. Para pembuat foto tentunya ingin orang lain menikmati dan
menghargai hasil bidikannya.
Sejarah fotografi
Asal Mulanya
Fotografi seperti yang kita kenal sekarang adalah hasil dari
penemuan. Yang pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang
kedua dalam bidang kimia menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan
itu tidak ada hubungannya satu sama lain dan sebelum masing – masing
sampai kepada kesempurnaannya seperti yang telah kita kenal sekarang
serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang yang
ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.
Kamera Obscura
Berabad – abad yang lalu orang telah mengetahui bahwa kalau cahaya
lurus dari sebuah lobang kecil kedalam sebuah ruangan yang gelap maka
pada dinding dihadapannya kelihatan bayangan dari apa yang ada dimuka
lubang itu. Hanya dalam keadaan terbalik, yang diatas kebawah dan
sebaliknya. Ruangan seperti itu disebut “ Kamera Obscura “ yang artinya
tidak lain dari pada kamar gelap. Dari perkataan kamera obcura itulah
lahir perkataan kamera, nama yang diberikan untuk alat pemotret.
Inilah yang mula – mula disebut Kamera Obscura ( kamera = kamar,
Obscura = gelap ), yaitu sebuah ruangan yang gelap dengan lubang kecil
pada salah satu dindingnya.
Siapa yang mula – mula membuat kamera obscura berupa alat untuk
“menangkap“ bayangan tidak dapat dipastika. Banyak ilmuwan yang pada
zamannya menulis tentang alat itu termasuk Ibnu al Haitam, Roger Bacon,
Copernicus, Kepler, Leonardo da Vinci, Newton dan Descartes. Giovanni
Battista Della Porta adalah orang pertama yang melengkapi alat kamera
obscura dengan sebuah lensa sederhana.
Kamera Obscura
Pinhole Kamera
Dalam bentuknya yang paling sederhana, alat untuk memotret berupa
sebuah kotak yang tertutup dengan sebuah lubang pada salah satu
dindingnya. Dalam bahasa aslinya kamera ini disebut “ Pinhole Camera “
yang artinya lubang jarum. Pada pinhole kamera tidak terdapat lensa
melainkan lubang sebesar ujung jarum. Lubang yang kecil itulah yang
meluluskan cahaya untuk penyinaran.
Pinhole-camera
Kamera Kodak Brownie
Kamera Brownie yang dibuat pertama kali pada Februari 1900 adalah pemegang konsep pertama soal kamera saku dan kamera instan.
Di tengah kamera-kamera yang masih berukuran besar saat itu, ukuran
Brownie memang relatif bisa masuk saku. Konsep instan yang dimilikinya
membuat semua orang bisa memotret dengan mudah tanpa perlu belajar teori
fotografi. Dengan Brownie, kita tinggal bidik, pencet, selesai sudah.
Brownie yang dijual cuma dengan harga 1 dollar AS ini mengatur bukaan
diafragma dan kecepatan rana dengan perkiraan pencahayaan rata-rata yang
biasanya ada saja. Foto yang dihasilkannya memang mutunya tidak tinggi.
Tetapi, di tengah elitenya dunia fotografi saat itu, kehadiran Brownie
jelas sangat dinanti masyarakat.
Brownie terus diproduksi di Amerika dan Inggris sampai tahun 1957 dengan berbagai model dan varian.
Saat ini kolektor dan pemilik Brownie tersebar di seluruh dunia.
Walau film untuk Brownie sudah bisa dikatakan tidak ada lagi, para
pemilik Brownie seluruh dunia masih suka berbagi cerita lewat sejumlah
milis.
Kamera Brownies
Kamera Polaroid
Kamera Polaroid
Kamera Polaroid atau lebih dikenal dengan kamera langsung jadi adalah
model kamera yang dapat memproses foto sendiri di dalam badan kamera
setelah dilakukan pemotretan. Kamera polaroid ini menggunakan film
khusus yang dinamakan film polaroid. Film polaroid yang dapat
menghasilkan gambar berwarna dinamakan film polacolor. Menurut
sejarahnya, kamera polaroid atau kamera gambar seketika jadi ini
dirancang untuk pertama kalinya oleh Dr. Edwin Land dari perusahaan
Polaroid dan dipasarkan sejak tahun 1947. Nama Polaroid itu sebetulnya
adalah merek dagang, seperti orang menyebut semua pasta gigi dengan nama
Pepsodent, atau orang menyebut sepeda motor dengan nama Honda.
Polaroid film adalah film yang ditemukan oleh Edwin Land.
Menghasilkan foto dalam waktu singkat (dalam beberapa menit saja),
tetapi tidak mempunyai negatif.
Jepretan pertama dengan menggunakan kamera polaroid dilakukan oleh Dr
Edwind Land pada tahun 1944, sedangkan jepretan pertama di muka bumi
ini (dengan kamera yang ada pada saat itu) dilakukan oleh Niceephore
Niepce yang memotret gudang di halaman belakang rumahnya di Prancis pada
tahun 1826.
Kamera SLR
Kamera refleks lensa tunggal (bahasa Inggris: Single-lens reflex
(SLR) camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur
tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal
Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat
melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal
ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di
viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena
kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan
berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk
melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur
optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian
dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma.
Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai
jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya
sehingga cahaya dapat langsung mengenai film
Kamera Digital
Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk
selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang
menggunakan sensr CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format
digital ke dalam media simpan digital.
Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini
harus diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau
mesin cetak yang daat membaca media simpan digital tersebut.
Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat
diketahui hasilnya secara instan, kemudahan memindahkan hasil
(transfer), dan penyuntingan warna, ketajaman, kecerahan dan ukuran yang
dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual.
Bahan Peka
Apakah anda mengetahui bahan apa yang digunakan dalam memotret. Yang
pasti apapun kamera yang digunakan, yang sederhana atau yang mutakhir,
kita tidak dapat memotret. Bila perak nitrat dicampur kapur lalu terkena
cahaya akan berubah, mula – mula merah tua lalu lembayung biru. Dengan
menyinari campuran itu pada cahaya maka memotret kalau tidak ada bahan
yang peka akan cahaya. Kalau bahan peka itu seperti yang terdapat pada
film sekarang telah disinari dan kemudian dicuci, bahan peka itu
menghasilkan negatif. Dari negatif dicetak gambar positif yang bernama
foto. Baik pada negatif maupun pada foto, gambar hitam-putih dibentuk
oleh berjuta-juta butir perak logam.
Adapun bahan kimia yang peka akan cahaya sudah diketahui orang
sebelum abad ke 12 Zuber seorang ahli kimia bangsa Arab telah menemukan
perak nitrat yang peka akan cahaya, kemudian Carafirl Wilhelm Scheele
menemukan bahwa perak nitrat lebih cepat berubah bila kena sinar
lembayung. Jadi pada waktu itu orang telah mengetahui bahwa cahaya
matahari dapat diuraikan melalui sebuah prisma. Sceele pula yang dapat
menetapkan perubahan itu, sehigga tidak lenyap kembali, untuk itu dia
menggunakan amoniak.
Kronologi Perkembangan fotografi
Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:
- Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.
Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826
- Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839
- 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama
dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu
foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1]
Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839
- 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
- 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
- 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
- 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
- 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
- 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera
yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya
dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian
terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi
inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
- 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861
- 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877.
- 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
- 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis
pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah
sensitometri.
- 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
High speed photography, Muybridge, 1878
- 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
- 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
- 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
- 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
- 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
- 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
- 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
- 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
- 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah
citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel.
Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan
transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
- 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
- 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
- 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem “natural color” untuk penayangan komersial, ditemukan.
- 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
- 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
- 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
- 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
- 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
- 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
- 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
- 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
- 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
- 1939 – Agfacolor membuat “print” film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
- 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
- 1942 – Kodacolor memasarkan “print” film Kodak yang pertama.
- 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
- 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
- 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
- 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
- 1952 – Era 3-D film dimulai.
- 1954 – Leica M diperkenalkan.
- 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
- 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh
Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama
National Institute of Standards and Technology, NIST).
Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957
- 1959 – Nikon F diperkenalkan.
- 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
- 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
- 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
- 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
- 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
- 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
- 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
- 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
- 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film
instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
- 2009 – Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.